Monday, March 18, 2013

Tulang Kegeser ! AWWW !

Senin kemarin, tanggal 4 Februari 2012, pertama kalinya saya tau rasanya kalau tulang pindah tempat!
Saya rasa, saya kualat karena tidak pergi ke tempat les, tapi ada alasannya, kok. Yang pertama karena mager dan yang kedua karena perut saya mules (sumpah, deh, mules beneran!). Terus saya buat janji sama salah seorang teman, dia orang Prancis asli dan sudah pernah ke Indonesia empat kali, dan kalau dihitung, dia sudah pernah tinggal di Indonesia selama satu tahun lebih. Namanya Joan, orangnya baik dan memiliki jiwa petualang. Karena saya hanya punya waktu kurang dari tiga jam untuk jalan sama dia, jadi dia  (hanya) mengajak saya ke Biarritz (Alhamdulillah dia bawa mobil, jadi bisa menghemat waktu). Kita ketemu di Bayonne, dari sana menuju Biarritz menggunakan mobilnya dan memakan waktu sekitar kurang dari 20 menit. 

Sesampainya di Biarritz, kami berdua memutuskan untuk turun ke tepi pantai karena parkir mobil berada di ketinggian yang berbeda. Sebelum turun, ternyata Joan melihat ada satu jalan (yang tidak boleh dilewati), jalan itu menuju ke tebing karang yang kalau kita jatuh dari sana, sudah pasti nyemplung ke laut (dan mudah-mudahan selamat). Karena jiwa dia adalah jiwa petualang, dia memutuskan untuk turun menuju dasar tebing itu, karena saya penasaran dan jiwa saya juga (sedikit) jiwa petualang, jadi saya ikut turun, deh. Pas turun, ternyata jalan itu menuju (seperti) gua dan dari sana kita bisa melihat hamparan laut biru, tapi karena lagi musim dingin, jadi banyak kabut dan air laut nya tidak se-biru ketika lagi musim panas. Tiba-tiba saja Joan memanjat tebing itu, katanya agar bisa melihat pemandangan lebih jelas dan luas. Tentunya saya mau ikut memanjat, biar bisa ikut menikmati pemandangan laut di musim dingin. Sebelum memanjat, Joan -yang sudah berada di atas memastikan apakah saya bisa dan berani untuk ikut naik ke atas sana, karena seperti yang sudah saya bilang, kalau terpeleset dan jatuh, tanggungannya nyawa. Well, dengan pede-nya, saya iya-kan pertanyaan Joan dan sedikit meyakini nya. Daaaan.. benar saja kekhawatiran Joan, ketika saya memanjat, saya mencoba menggapai batu karang dengan tangan saya sebagai tumpuan, tadinya semuanya baik-baik saja, saya pun bisa mengangkat badan saya. Namun, sebelum saya sampai di puncak, saya merasakan bahu kanan saya seperti bergerak tidak pada poros nya. Saya memaksakan agar bahu saya bergerak normal agar saya bisa naik, tapi yang terjadi adalah rasa sakit yang amat dahsyat! Yappp! Tulang bahu saya ternyata bergeser, kawan! Dan ketika itu, saya belum berada di puncak. Joan dengan cepat menahan tubuh saya agar tidak terjatuh dan segera menariknya, karena kalau dia tidak melakukannya, saya sudah pasti jatuh. Sakit yang membuat saya merasakan pusing, mual, dan ingin pingsan. Saya berusaha menahan diri saya agar tidak pingsan. Rasa mual yang sangat hebat pun saya tahan. Joan menarik tubuh saya dan membiarkan saya berlutut karena dia tahu bagaimana rasanya tulang yang bergeser kemudian dipaksakan untuk kembali ke tempat semula. Kemudian dia membantu saya untuk duduk di atas batu karang. Butuh waktu lebih dari setengah jam untuk saya bisa meredakan rasa mual dan pusing. Namun rasa sakit di bahu saya tidak secepat itu hilang. Saya dan Joan memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe agar saya bisa beristirahat dan meneguk secangkir cokelat panas. Dia terlihat sangat panik, dia juga berkata kalau saja tadi saya jatuh, dia pasti sudah ada di kantor polisi dan tidak jadi traveling yang akan dilakukan dalam tiga hari mendatang, dia akan dituduh membunuh saya dan kemudian dibuang ke laut, dan bukannya tidak mungkin kalau nama kami berdua bisa kalian lihat di detik.com dengan judul "Gadis Indonesia Ditemukan Tewas Setelah dibunuh oleh temannya di laut Biarritz, Prancis Selatan" hahaha
Kemudian ketika sedang berbincang, dia melihat bahu saya yang sudah tidak sejajar. Lalu kami pun pergi ke apotek untuk menanyakan apakah ada krim untuk bahu saya. Kenapa tidak langsung ke dokter saja ? Jawabannya mudah! Di Prancis, untuk bertemu seorang dokter tidak semudah di Indonesia -yang kapan saja bisa langsung pergi ke rumah sakit dan langsung daftar untuk bertemu dokter, dan dalam beberapa menit atau jam (tergantung jumlah pasien), kita sudah bisa bertemu dokter, kita harus membuat rendez-vous atau janji sebelum akhirnya bisa bertemu dokter. Kalau sang dokter baru bisa bertemu besok, atau tiga hari lagi, atau bahkan seminggu, ya kita harus mau menunggu. Kecuali kita dalam keadaan darurat atau sekarat, kita bisa langsung dilarikan ke rumah sakit. Jadi menang tidak mudah untuk bertemu dokter di sini. Okay, kembali ke masalah bahu, akhirnya saya membeli krim untuk bahu saya ini. Sesampainya di rumah, saya penasaran dengan bahu saya -yang kata Joan tidak sejajar. Saya berdiri di depan cermin, membuka sweater dengan perlahan -saya tidak bisa sembarangan menggerakan tangan kanan saya, dan melihat perbedaan antara kedua bahu saya. Bukan hanya bahu saya yang sudah tidak sejajar, ternyata juga ada tulang yang menonjol. Saya panik seketika! Mengirim pesan ke beberapa teman yang ada di Indonesia dan untungnya mereka masih bangun akibat insomnia. Salah seorang teman, sebut saja Icuh, membantu saya mencari alasan untuk bilang ke Lana kalau tulang bahu saya tidak normal. Karena kalau saya jujur hampir nyemlpung ke laut ketika sedang memanjat tebing, saya bisa tidak lagi diizinkan untuk keluar rumah, ditambah saya tidak pergi kursus. Jadi berbohong sedikit demi kebaikan berasa tentu saja tidak masalah ;) *mohon jangan ditiru*

Akhirnya, satu dari seribu alasan saya pilih. Saya menghubungi Lana dan memberi tahu masalah pada bahu saya dengan alasan karena di Bayonne sedang hujan, jalanan yang licin membuat saya tergelincir jatuh dan tangan saya menahan beban badan yang besar ini, dan hal itu menyebabkan bahu saya terkilir. Untungnya alasan bisa diterima dengan baik :")
Namun ketika itu Lana sedang berada di Nantes, jadi dia langsung menghubungi Olivier (papa nya Nina) agar segera datang ke rumah untuk melihat bahu saya. Beberapa menit setelah itu, Olivier dan Nina datang ke rumah untuk memeriksa keadaan saya. Karena keadaan bahu ini sudah tidak sejajar serta ada jendolan dari tulang, Olivier langsung menghubungi dokter terdekat, namun sayangnya sang dokter baru bisa ditemui besok pagi. Jadi malam itu, saya harus tidur dengan posisi tidak nyaman.
Keesokan harinya, sebelum Olivier datang menjemput, saya berpikir hal yang aneh-aneh, dari mulai di-gips sampai harus di-operasi. Untungnya setelah bertemu dokter, Ia hanya melakukan beberapa gerakan terhadap bahu saya dengan perlahan, walaupun rasanya sakit, tapi setelah itu, beliau hanya memberikan beberapa macam obat dan krim untuk bahu saya, dan dia bilang kalau dalam beberapa hari masih merasakan sakit, saya diminta untuk kembali. Saya mengikuti saran sang dokter untuk melakukan beberapa gerakan agar bahu saya bisa kembali normal dan tentunya menghindari kegiatan yang terlalu berat. Dalam waktu kurang dari dua pekan, rasa sakit itu perlahan hilang. Sekarang saya sudah bisa melakukan kegiatan dengan normal.

Benar-benar menjadi pelajaran untuk saya agar tidak melakukan hal yang aneh dan berbahaya. Tetapi hal ini juga menjadi pengalaman berharga untuk saya ceritakan kepada kalian :D

Betapa pentingnya menjaga nyawa, memilih keselamatan daripada kesenangan sesaat..  
Think carefully before doing something, just watch your act !

PS: Sebenarnya saya menulis post ini sudah dari 3 hari setelah kejadian itu, namun saya tunda sesaat karena tiba-tiba mood hilang dan itu adalah penyakit seorang penulis amatir seperti saya.. Jadi maaf atas "kebasian" kisah ini :D Bonne lecture !  

No comments:

Post a Comment