Monday, April 8, 2013

Empat Musim Dalam Dua Minggu ?


Dulu tuh ya, saya ingin sekali melihat salju di Paris, lihat Menara Eiffel berdiri gagah di atas putihnya salju, pasti cantik banget, deh. Teringat pada tahun 2009 yang lalu, saya pernah pasang profile picture di Facebook dengan foto seseorang yang diambil dari belakang, dia memakai mantel musim dingin, membawa payung, dan sedang berjalan di atas salju, dan yapp, orang itu sedang berada di Paris. Ya, sedikit mengkhayal tidak masalah kan, siapa tahu suatu saat nanti bisa memasang foto saya sendiri yang sedang berdiri di atas butiran salju dan tentunya berada di Paris :)

Setelah memutuskan mengikuti program Au Pair ini, saya berharap untuk bisa melihat Paris berwarna putih. Tapi ternyata, host family saya tinggal di Prancis Selatan, dan membutuhkan waktu sekitar delapan jam untuk sampai ke Paris dengan menggunakan mobil, lima jam dengan TGV, atau satu setengah jam dengan menumpang pesawat. Ditambal lagi, ketika saya meminta izin untuk pergi ke Paris pada libur natal, Lana tidak memberikan saya izin. Well, pupus lah sudah harapan indah ini buat lihat salju di Paris, apalagi di Hossegor, salju hanya turun tidak lebih dari tiga hari, dan itu pun tidak menumpuk tebal. Sedih memang, karena berarti saya tidak bisa melihat salju tahun ini, dan tidak tahu kapan saya bisa kembali ke sini..

Pada bulan Januari lalu, Lana menawarkan saya untuk ikut ke rumah orang tuanya bersama Nina, mereka tinggal di sebuah kota kecil bernama Coulommiers, hanya satu jam dari pusat kota Paris. Saya dan Nina berangkat berdua ke Paris tanggal 2 Maret 2013, dan ya, bulan Maret memang masih musim dingin, tapi kemungkinan besar salju sudah tidak akan turun dikarenakan akhir bulan Maret akan memasuki musim semi, jadi  saya bahagia tak bahagia, deh. Karena Lana memberitahu bahwa salju kemungkinan tidak akan turun, saya tidak membawa mantel besar musim dingin. Benar saja, sesampainya di bandara Paris Orly, ketika saya keluar bandara, udara di sana sudah tidak begitu dingin, matahari pun bersinar terang, rasanya seperti sudah memasuki musim semi. Terlintas di benak saya kalau saya sudah pasti tidak akan melihat salju di Paris tahun ini. Kecewa ? Tentu saja! Sedih ? Sudah pasti, tapi —kalau kata pepatah, apa daya tangan tak sampai, mungkin lain waktu saya akan kembali ke Paris dan dapat melihat betapa indahnya Paris berwarna putih.. Tapi kapan ??? Ya, kapan-kapan lah, ya :| 

Tiga hari pertama selama saya di Paris, udara bisa dibilang cukup panas. Saya hanya mengenakan kaos tipis, blazer, dan celana jeans, tapi saya merasa kepanasan, padahal saat itu saya masih berada di musim dingin, dan anehnya saya seperti berada di antara musim semi dan musim panas. Saya bisa melihat menara Eiffel dengan jelas, turis asing dan mancanegara juga bertaburan di penjuru kota mode itu. Saya beranjak ke daerah Montrmartre untuk melihat salah satu gereja yang paling terkenal di Paris, gereja itu bernama Le Sacré-Cœur atau dalam bahasa Indonesia nya adalah "Hati yang Suci". Sacré-Cœur berada di tempat tertinggi kota Paris, dari sana kita bisa melihat pemandangan kota Paris, dan betapa beruntungnya saya karena bisa melihat kota Paris yang membentang luas di hadapan saya karena saat itu matahari sedang senantiasa menemani hari itu, benar-benar terasa seperti berada di musim panas, ajaib !

Beberapa hari setelahnya, udara di sana sudah mulai terasa dingin, angin pun bertiup kencang, seperti sedang berada di musim gugur, jadi wajib bagi saya untuk mengenakan mantel yang saya bawa dari Hossegor, mantel untuk musim gugur, tidak terlalu tipis dan juga tidak begitu tebal. Beberapa kali hujan pun turun membasahi kota, cuaca tidak terlalu bersahabat saat itu. Tapi saya (sedikit) bersyukur karena tidak ada terlalu banyak turis seperti hari-hari sebelumnya, jadi saya memutuskan mengantre untuk naik ke puncak Menara Eiffel, kalau saya menunggu bulan Juli nanti, saya bisa mengantre seharian penuh untuk membeli tiket, karena kalian tau, kan, betapa banyaknya turis yang datang ke Paris setiap tahunnya ? Di tambah lagi jika sudah memasuki musim panas, bisa gila duluan saat mengantre sebelum akhirnya dapat naik ke puncak ! Tidak sampai 15 menit untuk mendapatkan tiket menuju puncak Menara Eiffel, betapa bahagianya saya :’) Hanya saja pemandangan dari atas sana tidak sejelas ketika matahari sedang bersinar cerah, saya tidak terlalu jelas melihat Sacré-Cœur  atau gedung Montparnasse karena langit tidak secerah hari sebelumnya, memang sangat disayangkan, tapi tak apa lah, yang terpenting saya sudah menginjakkan kaki sampai di lantai dua Menara Eiffel, dan mungkin lain waktu saya akan kembali ke atas sana dan tidak sendiri seperti waktu lalu J

Di minggu ke dua, ramalan cuaca memberitahukan bahwa salju akan turun di beberapa kota di Prancis, terutama Prancis Utara, well aneh untuk saya mengetahui hal itu, karena seharusnya salju sudah tidak akan turun, ditambah lagi dalam 2 minggu ke depan sudah akan memasuki musim semi. Okay, jujur saja saya sangat bahagia mengetahui kabar yang tidak membahagiakan untuk banyak orang itu, terutama nenek dan kakek nya Nina, karena bagi mereka, ketika salju turun, sudah tidak ada semangat untuk melakukan aktivitas, apalagi di luar rumah. Kalau bencana di Indonesia adalah banjir besar, di Eropa bencana yang terjadi adalah salju tebal, yang menyebabkan kendaraan tidak bisa melaju, dari mulai motor, mobil, kereta, sampai pesawat yang tidak bisa lepas landas maupun mendarat, itu adalah sebuah Catastrophe bagi mereka. Tapi karena saya masih norak dan sangat ingin melihat salju tebal, jadilah saya seorang diri di rumah yang terlihat bahagia dan antusias menunggu turunnya salju, apalagi yang tadinya saya merasa harapan saya sudah pupus, tiba-tiba ramalan cuaca memberikan kabar bahagia itu, SALJU AKAN TURUN BESOK !!! GLOBAL WARMING lah sebabnya, dia ikut ambil alih dalam mewujudkan mimpi saya! Benar saja, loh¸esok harinya salju turun begitu lebat nya, bahkan salju turun dalam beberapa hari, membuat kota paris menjadi putih, seperti kota di dalam bola salju! Menara Eiffel, museum Louvre, Sacré-Coeur, l’Arc de Triomphe, Notre-Dame de Paris, dan beberapa tempat lainnya berdiri gagah di atas butir-butir salju, benar-benar menajubkan !! Betapa indahnya kuasa Tuhan ! Sampai-sampai saya kebal dengan dingin nya udara saat itu, padahal saya hanya memakai atasan sweater dan mantel “bukan” musim dingin! Bahagianyaaaa!!! Mimpi saya yang hampir pupus bisa terwujudkan berkat global warming !! :’)

Siapa yang sangka, sih, dalam 14 hari saya bisa merasakan empat musim, dari yang benar-benar panas sampai berdiri di tumpukan salju yang membuat jemari saya membeku. Benar-benar sedang beruntung bisa berada di Paris dan merasakan cuaca empat musim, kereeeeen! Tidak perlu menunggu tahun berikutnya atau berikutnya atau berikutnya lagi untuk melihat Menara Eiffel berdiri gagah di atas putihnya salju. Bersyukur bisa berada di sana dalam waktu 14 hari itu. Hanya untuk kali ini saya berterima kasih karena adanya global warming yang menyebabkan cuaca tak menentu, HANYA KALI INI!! Alhamdulillah J

SPRING, SUMMER, FALL, WINTER
LE PRINTEMPS, L’ETE, L’AUTOMNE , L’HIVER
Musim SEMI, Musim PANAS, Musim GUGUR, Musim DINGIN
HANYA DALAM 14 HARI, AJAIB ! HANYA di PARIS !! J


Minggu kedua
                
Minggu pertama