Dulu tuh ya, saya ingin sekali melihat salju di Paris, lihat Menara Eiffel
berdiri gagah di atas putihnya salju, pasti cantik banget, deh. Teringat pada
tahun 2009 yang lalu, saya pernah pasang profile
picture di Facebook dengan foto seseorang yang diambil dari belakang,
dia memakai mantel musim dingin, membawa payung, dan sedang berjalan di atas
salju, dan yapp, orang itu sedang berada di Paris.
Ya, sedikit mengkhayal tidak masalah kan, siapa tahu suatu saat nanti bisa
memasang foto saya sendiri yang sedang berdiri di atas butiran salju dan
tentunya berada di Paris :)
Setelah memutuskan mengikuti program Au Pair ini, saya berharap untuk bisa
melihat Paris berwarna putih. Tapi ternyata, host
family saya tinggal di Prancis Selatan, dan membutuhkan waktu sekitar
delapan jam untuk sampai ke Paris dengan menggunakan mobil, lima jam dengan
TGV, atau satu setengah jam dengan menumpang pesawat. Ditambal lagi, ketika
saya meminta izin untuk pergi ke Paris pada libur natal, Lana tidak memberikan
saya izin. Well, pupus
lah sudah harapan indah ini buat lihat salju di Paris, apalagi di Hossegor,
salju hanya turun tidak lebih dari tiga hari, dan itu pun tidak menumpuk tebal.
Sedih memang, karena berarti saya tidak bisa melihat salju tahun ini, dan tidak
tahu kapan saya bisa kembali ke sini..
Pada bulan Januari lalu, Lana menawarkan saya untuk ikut ke rumah orang
tuanya bersama Nina, mereka tinggal di sebuah kota kecil bernama Coulommiers,
hanya satu jam dari pusat kota Paris. Saya dan Nina berangkat berdua ke Paris
tanggal 2 Maret 2013, dan ya, bulan Maret memang masih musim dingin, tapi
kemungkinan besar salju sudah tidak akan turun dikarenakan akhir bulan Maret
akan memasuki musim semi, jadi saya bahagia tak bahagia, deh. Karena Lana
memberitahu bahwa salju kemungkinan tidak akan turun, saya tidak membawa mantel
besar musim dingin. Benar saja, sesampainya di bandara Paris Orly, ketika saya
keluar bandara, udara di sana sudah tidak begitu dingin, matahari pun bersinar
terang, rasanya seperti sudah memasuki musim semi. Terlintas di benak saya
kalau saya sudah pasti tidak akan melihat salju di Paris tahun ini. Kecewa ?
Tentu saja! Sedih ? Sudah pasti, tapi —kalau kata pepatah, apa daya tangan tak
sampai, mungkin lain waktu saya akan kembali ke Paris dan dapat melihat betapa
indahnya Paris berwarna putih.. Tapi kapan ??? Ya, kapan-kapan lah, ya :|
Tiga hari pertama
selama saya di Paris, udara bisa dibilang cukup panas. Saya hanya mengenakan
kaos tipis, blazer, dan celana jeans, tapi saya merasa kepanasan, padahal saat
itu saya masih berada di musim dingin, dan anehnya saya seperti berada di
antara musim semi dan musim panas. Saya bisa melihat menara Eiffel dengan
jelas, turis asing dan mancanegara juga bertaburan di penjuru kota mode itu. Saya
beranjak ke daerah Montrmartre untuk melihat salah satu gereja yang paling
terkenal di Paris, gereja itu bernama Le
Sacré-Cœur atau dalam bahasa Indonesia nya adalah "Hati yang Suci".
Sacré-Cœur berada di tempat tertinggi
kota Paris, dari sana kita bisa melihat pemandangan kota Paris, dan betapa
beruntungnya saya karena bisa melihat kota Paris yang membentang luas di
hadapan saya karena saat itu matahari sedang senantiasa menemani hari itu,
benar-benar terasa seperti berada di musim panas, ajaib !
Beberapa hari
setelahnya, udara di sana sudah mulai terasa dingin, angin pun bertiup kencang,
seperti sedang berada di musim gugur, jadi wajib bagi saya untuk mengenakan
mantel yang saya bawa dari Hossegor, mantel untuk musim gugur, tidak terlalu
tipis dan juga tidak begitu tebal. Beberapa kali hujan pun turun membasahi
kota, cuaca tidak terlalu bersahabat saat itu. Tapi saya (sedikit) bersyukur
karena tidak ada terlalu banyak turis seperti hari-hari sebelumnya, jadi saya memutuskan
mengantre untuk naik ke puncak Menara Eiffel, kalau saya menunggu bulan Juli
nanti, saya bisa mengantre seharian penuh untuk membeli tiket, karena kalian
tau, kan, betapa banyaknya turis yang datang ke Paris setiap tahunnya ? Di
tambah lagi jika sudah memasuki musim panas, bisa gila duluan saat mengantre
sebelum akhirnya dapat naik ke puncak ! Tidak sampai 15 menit untuk
mendapatkan tiket menuju puncak Menara Eiffel, betapa bahagianya saya :’)
Hanya saja pemandangan dari atas sana tidak sejelas ketika matahari sedang
bersinar cerah, saya tidak terlalu jelas melihat Sacré-Cœur atau gedung Montparnasse
karena langit tidak secerah hari sebelumnya, memang sangat disayangkan, tapi
tak apa lah, yang terpenting saya sudah menginjakkan kaki sampai di lantai dua
Menara Eiffel, dan mungkin lain waktu saya akan kembali ke atas sana dan tidak
sendiri seperti waktu lalu J
Di minggu ke dua,
ramalan cuaca memberitahukan bahwa salju akan turun di beberapa kota di
Prancis, terutama Prancis Utara, well
aneh untuk saya mengetahui hal itu, karena seharusnya salju sudah tidak akan
turun, ditambah lagi dalam 2 minggu ke depan sudah akan memasuki musim semi. Okay, jujur saja saya sangat bahagia
mengetahui kabar yang tidak membahagiakan untuk banyak orang itu, terutama
nenek dan kakek nya Nina, karena bagi mereka, ketika salju turun, sudah tidak
ada semangat untuk melakukan aktivitas, apalagi di luar rumah. Kalau bencana di
Indonesia adalah banjir besar, di Eropa bencana yang terjadi adalah salju
tebal, yang menyebabkan kendaraan tidak bisa melaju, dari mulai motor, mobil,
kereta, sampai pesawat yang tidak bisa lepas landas maupun mendarat, itu adalah
sebuah Catastrophe bagi mereka. Tapi
karena saya masih norak dan sangat
ingin melihat salju tebal, jadilah saya seorang diri di rumah yang terlihat
bahagia dan antusias menunggu turunnya salju, apalagi yang tadinya saya merasa
harapan saya sudah pupus, tiba-tiba ramalan cuaca memberikan kabar bahagia itu,
SALJU AKAN TURUN BESOK !!! GLOBAL WARMING lah sebabnya, dia ikut ambil alih dalam mewujudkan mimpi saya! Benar
saja, loh¸esok harinya salju turun
begitu lebat nya, bahkan salju turun dalam beberapa hari, membuat kota paris
menjadi putih, seperti kota di dalam bola salju! Menara Eiffel, museum Louvre, Sacré-Coeur, l’Arc de Triomphe, Notre-Dame
de Paris, dan beberapa tempat lainnya berdiri gagah di atas butir-butir
salju, benar-benar menajubkan !! Betapa indahnya kuasa Tuhan ! Sampai-sampai saya kebal dengan dingin nya udara saat
itu, padahal saya hanya memakai atasan sweater
dan mantel “bukan” musim dingin! Bahagianyaaaa!!! Mimpi saya yang hampir pupus
bisa terwujudkan berkat global warming
!! :’)
Siapa yang sangka, sih,
dalam 14 hari saya bisa merasakan empat musim, dari yang benar-benar panas
sampai berdiri di tumpukan salju yang membuat jemari saya membeku. Benar-benar
sedang beruntung bisa berada di Paris dan merasakan cuaca empat musim, kereeeeen!
Tidak perlu menunggu tahun berikutnya atau berikutnya atau berikutnya lagi
untuk melihat Menara Eiffel berdiri gagah di atas putihnya salju. Bersyukur
bisa berada di sana dalam waktu 14 hari itu. Hanya untuk kali ini saya
berterima kasih karena adanya global
warming yang menyebabkan cuaca tak menentu, HANYA KALI INI!! Alhamdulillah J
SPRING, SUMMER, FALL, WINTER
LE PRINTEMPS, L’ETE, L’AUTOMNE , L’HIVER
Musim SEMI, Musim PANAS, Musim
GUGUR, Musim DINGIN
HANYA DALAM 14 HARI, AJAIB !
HANYA di PARIS !! J
![]() |
Minggu kedua |
![]() |
Minggu pertama |